Koreatainment.com: Education
Showing posts with label Education. Show all posts
Showing posts with label Education. Show all posts

Saturday, July 31, 2021

Marak Krisis Komunikasi di Media Sosial, Griya Peradaban Adakan Diskusi tentang Communication Skill



Jtgnews.com - Masifnya peggunaan media sosial di kalangan masyarakat, tentu sangat berpengaruh pada kultur masyarakat tersebut dalam berkomunikasi. Misalnya saja seperti interview, sebelum masifnya penggunaan media sosial di masyarakat, interview banyak dilakukan secara langsung (tatap muka) antara yang menginterview dengan yang diinterview. Hal tersebut juga semakin banyak dilakukan seiring dengan diterapkannya Work From Home (WFH).

Sabtu (31/7/2021) Griya Peradaban kembali mengadakan diskusi pada Kuliah Alternatif II. Tema diskusi pada sesi ini sedikit berbeda dengan sesi-sesi sebelumnya. Jika tema sebelumnya membahas tentang Emotional dan Spiritual Quotient, pada sesi keempat ini tema yang diangkat adalah tentang Communication Skill. 

Acara yang dikomandoi oleh Nailu Rohmatika (Aktivis Griya Peradaban) ini, mendatangkan dua pembicara yang sangat luar biasa. Yaitu Brelyantika Indra Jesa selaku Founder Panti Carita dan Dani Akhyar selaku Head of Community Development & CSR, Smartfren Telecom.

Brelyantika yang dalam hal ini menjadi pembicara pertama, banyak membicarakan tentang bagaimana masyarakat Indonesia mampu cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial. 

Pada awal diskusi, perempuan yang akrab dipanggil Tika ini banyak membicarakan tentang perbedaan antara jejaring sosial dengan media sosial. Ia mengatakan bahwa terdapat perbedaan mendasar antar keduanya.

“Media sosial itu adalah induknya jejaring sosial, sementara jejaring sosial itu adalah cabang dari media sosial” ujar Tika.

Kemudian, perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Duta Bahasa Jeteng ini menjelaskan terkait pentingnya bahasa dalam berkomunikasi. Ia juga mengatakan bahwa kunci tercapainya komunikasi yang baik adalah dengan bahasa yang baik pula. Selain itu, ia juga menyampaikan tentang pentingnya menyampaikan informasi yang baik dalam bermedia sosial.

“Mulai dari sekarang, kita harus branding media sosial kita dengan membagikan hal-hal yang positif” kata Tika.    

Selain cantik, perempuan kelahiran Jepara ini juga kaya akan prestasi. Prestasi tersebut diantaranya adalah Juara III lomba Duta Genre Kota Bandung 2018, Juara III Duta Wisata Jepara 2018, Juara I duta Bahasa Jateng 2019, dan beberapa prestasi lain yang tentunya sangat luar biasa. Tidak hanya itu, saat ini ia telah diterima dalam program beasiswa Erasmus yang akan mengantarkannya di empat negara Eropa.

Sedikit berbeda dengan materi pertama, pada materi kedua dalam sesi keempat ini lebih banyak membicarakan tentang teori komunikasi dan teknik negosiasi. Dani Akhyar yang dalam hal ini menjadi pembicara pada materi tersebut, memulai diskusinya dengan memaparkan fobia-fobia yang banyak dialami oleh setiap orang, salah satunya adalah fobia berbicara di depan umum.

Pria yang saat ini sedang menempuh pendidikan S-3 nya di Universitas Indonesia ini, kemudian menjelaskan tentang teori komunikasi yang efektif. Ia mengatakan bahwa setidaknya terdapat dua teori yang dinilai efektif dalam berkomunikasi, yaitu Model Komunikasi Lasswell dan teori Komunikasi Albert Mehrabian. 
 
Model komunikasi Lasswel sendiri merupakan model komunikasi yang didaamnya mengandung unsur-unsur tertentu seperti siapa, berbicara apa, menggunakan media apa, kepada siapa, dan feedbacknya apa. 
 
Sedangkan teori komunikasi Albert Mehrabian lebih menekankan pada persentase dalam berkomunikasi, teori tersebut mengatakan bahwa persentase terbesar dalam berkomunikasi terletak pada body language, dan sisanya terdapat pada intonasi dan kata yang diucapkan.

Pada akhir sesi, ia mengatakan bahwa dalam komunikasi yang baik dan efektif, sangat dibutuhkan penguasaan terhadap body language itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan 80 % bahasa manusia dikeluarkan melalui body language.

“Hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan” ujar Dani.  
 
 
Penulis: Alfiana F 

Saturday, July 24, 2021

Masif Krisis Spiritual dan Emosional, Griya Peradaban Adakan Diskusi tentang Spiritual dan emotional Quotient

Jtgnews.com - Griya Peradaban kembali adakan diskusi sesi ketiga pada Kuliah Alternatif II (Sabtu, 24 Juli 2021). Tema yang diangakat pada diskusi tersebut adalah tentang pentingnya Spiritual Quotient (SQ) dan Emotional Quotient (EQ) dalam kehidupan manusia.


Tsamrotul Izzah selaku aktivis Griya Peradaban yang juga berperan sebagai host, telah sukses dalam memimpin jalannya acara tersebut dari awal sampai akhir.

Acara dimulai dengan sambutan yang dibawakan oleh salah satu aktivis Griya Peradaban, Nailu Rohmatika. Ia mengatakan bahwa melalui Kuliah Alternatif, setiap peserta dapat saling menjalin relasi dan berkolaborasi satu sama lain.

“Mengacu pada Kuliah Alternatif Angkatan pertama, dimana pesertanya mampu menjalin relasi dan berkolaborasi dengan baik. Saya yakin, hal tersebut juga dapat dilakukan oleh para peserta dari Angkatan kedua” ujar Nailu.

Materi yang dibahas dalam diskusi sesi ketiga ini juga tidak kalah seru dari sesi sebelumnya. Jika sesi sebelumnya lebih membahas tentang self improvement dan leadership, diskusi pada sesi ketiga ini lebih banyak membahas tentang pentingnya Spiritual Quotient (SQ) dan Emotional Quotient (EQ) dalam kehidupan manusia. Kedua materi tersebut tentu saja disampaikan oleh dua narasumber yang memang ahli dalam bidang tersebut.
 
 
Materi pertama dibawakan oleh salah satu mentor Griya Peradaban, Mahmud Yunus Musthofa. Ia lebih menekankan pada pembahasan terkait Spiritual Quation (SQ). Ia mengatakan bahwa Spiritual Quotient (SQ) merupakan suatu kecerdasan yang berguna untuk menemukan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan makna serta mampu untuk menggerakkan kecerdasan lain yang dimiliki manusia.

“Dengan mengoptimalkan kecerdasan spiritual yang dimiliki manusia, manusia tersebut akan mampu mengerahkan kecerdasan lain yang dimilikinya” kata Mahmud.

Pria yang pernah menjadi Genre Ambassador Semarang 2019 ini juga menyampaikan bahwa kecerdasan spiritual sangat penting untuk dikembangkan pada diri setiap individu. Hal tersebut dikarenakan banyaknya manusia yang lebih mementingkan Intelegence Quotient (IQ) daripada Spiritual Quotient (SQ). Alhasil, jiwa kemanusiaan dan kepekaannya terhadap realita sosial kurang diperhatikan.

Setelah asyik dengan materi pertama, acara berlanjut pada materi kedua yang di bawakan oleh Founder Global Empowerment Steps, Kintansari Adhyna. Materi yang membahas tentang Emotional Quotient (EQ) ini lebih menekankan pada Design Thinking, yaitu suatu kondisi dimana manusia mampu mengubah pemikiran dari Lower  Order Thinking (LOT) menjadi Higher Order Thinking (HOT).

“Design Thinking itu perlu kita bahas karena di dalanya menjelaskan bagaimana kita mampu mengubah pola pikir kita dari Lower  Order Thinking (LOT) menjadi Higher Order Thinking (HOT)” kata Kintan. 

Selain itu, wanita yang pernah menjadi Duta Muda Asean Indonesia 2019 ini juga menjelaskan terkait Properthic Leadership. Ia mengatakan bahwa Properthic Leadership ini dapat tersusun atas tiga komponen, yaitu humanization, liberation, dan transcendence. 
 
Humanzation merupakan suatu Tindakan yang mengarah pada nilai-nilai kemanusiaan, liberation lebih mengarah pada pembebasan, dan transcendence mengarah pada kemampuan yang dimiliki manusia itu sendiri.

Ia juga menyampaikan bahwa dalam menggapai kunci sukses, persentase mindse seseorang  lebih besar daripada persentase kecerdasan inetelektual orang itu sendiri.

“Dalam menggapai kesuksesan, yang lebih penting adalah bagaimana kita mampu mengatur mindset kita dalam memandang suatu permasalahan, bukan bergantung pada seberapa besar kecerdasan intelektual yang kita miiliki ” kata Kintan.
 
 
Penulis: Feby Alfiana

 

Friday, July 23, 2021

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Lakukan Peremajaan Tanaman Obat di Tambakaji Ngaliyan Semarang

 


Jtgnews.com - Semarang - Melaksanakan kegiatan KKN ditengah pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa KKN MIT-DR Kelompok 35 UIN Walisongo Semarang. Karena mahasiswa dituntut untuk melaksanakan program kegiatan dengan menerapkan 5 M dan tetap mematuhi protokol kesehatan. 


Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat teman-teman KKN MIT-DR Kelompok 35 UIN Walisongo Semarang.


Kamis, 22 Juli 2021 Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mandiri Inisiatif Terprogram Dari Rumah (KKN MIT-DR) Kelompok 35 UIN Walisongo Semarang  melakukan peremajaan taman Toga atau tanaman obat keluarga. 


Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk pengabdian pada masyarakat di perumahan Bank Niaga Tambakaji Ngaliyan Semarang.

Tanaman toga merupakan beberapa jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan seperti daun sirih, lidah buaya, serai, daun jeruk dan lain-lain. 


Adanya tanaman toga tersebut sangat membantu warga Perumahan Bank Niaga sebagai penunjang dan pelengkap kebutuhan keluarga. Karena selain sebagai obat, beberapa tanaman toga juga dapat digunakan sebagai bumbu dapur. 


“Peremajaan tanaman toga ini dilakukan bertujuan untuk menjaga dan merawat tanaman toga agar tetap lestari agar dapat di manfaatkan oleh warga yang membutuhkan. 


Selain itu, sebagai khalifah di bumi. Sudah seharusnya kita berusaha untuk merawat tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita.” Ucap Dinda Niswatul Umah, Salah satu anggota KKN MIT-DR Kelompok 35.


Pak Nur Akhmadi selaku Ketua RT turut mendukung kegiatan peremajaan taman Toga tersebut. Beliau juga menyarankan agar teman-teman KKN MIT-DR Kelompok 35 juga melakukan konservasi  lingkungan sebagai kegiatan lanjutan setelah Peremajaan tanaman toga. 


Penulis: Dinda Niswatul Umah


Saturday, July 17, 2021

Bincang Kepemimpinan, Griya Peradaban Hadirkan Dua Narasumber Luar Biasa

 



 
Jtgnews.com - Griya Peradaban kembali menyelenggarakan sesi kedua Kuliah Alternatif II pada Sabtu (17/7/2021) yang tak kalah meriah dari sesi pertama. Meskipun acara ini dilaksanakan secara daring, hal tersebut tidak menyurutkan semangat peserta kuliah alternatif dalam mengikuti diskusi.

Acara yang dipandu oleh Khaerunnisa selaku Aktivis Griya Peradaban ini dimulai dengan sambutan yang dibawakan oleh Bendahara Aktivis Griya Peradaban yaitu Putri Rizkiyatul Windiyarti. Ia mengatakan bahwa dengan diadakannya Kuliah Alternatif II ini diharapkan mampu menjadi ajang bagi peserta kuliah alternatif untuk tetap produktif.

“Saya harap, adanya pandemi dan hari weekend, bukanlah suatu alasan bagi kita untuk tidak produktif” tutur Putri.

Diskusi yang bertemakan ‘Leadership’ ini kemudian berlanjut pada materi pertama yang disampaikan oleh Atin Anggraeeni Surono yang juga berperan sebagai mentor di Griya Peradaban. Wanita yang pernah menjadi Duta GenRe Kota Semarang 2019 ini mengawali diskusinya dengan membahas tentang konsep leadership yang ideal di masa krisis.

Ia menyampaikan bahwa leadership adalah suatu Seni dan Proses. Seni disini diartikan sebagai suatu keindahan yang subjektif. Artinya, seni memimpin antara satu orang dengan orang yang lain pasti memiliki perbedaan dan perbedaan tersebut merupakan suatu keindahan.

“Tidak bisa kita samakan antara baik buruknya kepemimpinan yang dimiliki satu orang dengan orang lain, karena itu adalah suatu seni” ujar Atin.

Sedangkan proses menurutnya adalah suatu tindakan dimana seorang leader mampu mempengaruhi, mengatur, dan mengkoordinir anggotanya dengan baik.

Wanita yang juga kaya akan sejuta pengalaman ini kemudian melanjutkan diskusinya tentang  pendekatan apa yang digunakan dalam memimpin. Ia mengatakan bahwa setidaknya terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam memimpin, diantaranya adalah Heart Leadership (memimpin dengan hati), Mind Lidership (memimpin dengan logika), dan Hand Leadership (memimpin dengan tangan).

“Disaat krisis seperti saat ini, pendekatan dalam memimpin perlu disempurnakan dengan menyeimbangkan tiga pendekatan tersebut” ujar Atin. 

Tak kalah luar biasa, Ibnu Fikri Ghozali selaku pemateri kedua juga menyampaikan materi yang tak kalah menarik dari pemateri pertama. Pria yang pernah nyantri di Gontor Jawa Timur ini lebih membahas tentang teori-teori tentang kepemimpinan.  

Ia menyampaikan bahwa setidaknya terdapat empat teori yang membahas tentang kepemimpinan. Pertama, Great Man Theories yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa jiwa kepemimpinan seseorang terbentuk atas dasar keturunan, bukan proses. 
 
Kedua, Big-Bang Theories yaitu suatu teori kepemimpinan yang mengatakan bahwa peristiwa besar mampu membentuk diri seseorang menjadi pemimpin. 
 
Ketiga, Trait Theories yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa keefektifan seorang pemimpin dilihat dari perangai yang ia miliki. 
 
Keempat, Teori Kepemimpinan Situasional yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
 
Pria kelahiran Pemalang ini juga menambahkan bahwa untuk mencapai tujuan dalam kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi, memimpin, dan mengajak anggotanya.

Pada akhir sesi, Atin Anggraeni selaku pemateri pertama menyampaikan bahwa dalam kepemimpinan, antara pikiran dan hati harus seimbang.

“Yang benar menurut kita, belum tentu baik menurut hati” kata Atin.
 
 
Penulis: Feby Alfiana
 


Saturday, July 10, 2021

Griya Peradaban Adakan Diskusi Tentang Develop Personality pada Sesi Pertama Kuliah Alternatif 2

 


jtgnews.com - Sukses dengan angkatan pertama, Perkumpulan Generasi Muda Griya Peradaban gelar Kuliah Alternatif 2 yang diselenggarakan pada hari Sabtu (10/7/2021). 
 
Sesi pertama ini diikuti oleh 72 peserta dan menjadi acara yang luar biasa, narasumber yang hadir yaitu Marini Sayuti yang berprofesi sebagai wartawan dan Nur Widiyanto CEO dan Founder Griya Riset Indonesia.

Acara yang dimoderatori oleh Khabib Mustofa ini diawali dengan pembukaan yang dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan langsung oleh Founder Griya Peradaban, Ma’as Shobirin. 

“Saya harap, teman-teman peserta Kuliah Alternatif 2 ini mampu menjadi pintu awal dan berkolaborasi di masa depan” ujar Ma’as.

Beliau juga berharap bahwa ilmu yang didapat dari Kuliah Alternatif 2 ini mampu diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Pemateri pertama, Marini Sayuti yang membahas tentang Etika Penampilan dan Profesi. Ia menjelaskan tentang bagaimana penampilan dan gestur tubuh dapat mempengaruhi lawan bicara saat berdialog. 
 

“Dalam berdialog, kita harus mampu menempatkan diri kita dalam situasi dan kondisi apapun serta mampu merespon lawan bicara kita,” kata Marini. 
 
Ia juga menjelaskan tentang Improve Physical Appearance yaitu suatu kondisi dimana apa yang kita lihat pertama kali terhadap sesuatu, mampu memberikan stigma pada sesuatu tersebut. 

Wanita yang pernah menjadi reporter Trans 7 tersebut kemudian menjelaskan terkait Facial Expression dan Make Up and Style. Menurutnya, make up yang sesuai dibarengi rona wajah yang gembira mampu meningkatkan rasa percaya diri kita dalam berdialog.

Tak kalah menarik, pemateri kedua, Nur Widiyanto, menjelaskan materi yang arahnya masih sama dengan pemateri pertama, yaitu tentang Developt Personality. Ia lebih menekankan pada rencana pengembangan diri dan bagaimana manusia mampu menentukan prioritas dari tujuan yang dimilikinya.
 


Setidaknya terdapat empat submateri yang ia sampaikan, yaitu tentang menyusun target, prioritas, rencana pengembangan diri, dan best week. Keempat submateri tersebut secara tidak langsung mengarah pada bagaimana manusia mampu menentukan tujuan yang jelas dalam hidupnya.

“Tujuan yang jelas, mampu membawa kita untuk terus melangkah dan melangkah” ujar Widiyanto. Ia juga menambahkan bahwa  dalam membuat tujuan, jangan menggunakan prinsip being (menjadi) tetapi menggunakan doing (membuat).

Pada akhir sesi, pria yang saat ini berprofesi sebagai dosen di Universitas Wahid Hasyim ini memberikan pekerjaan rumah kepada peserta Kuliah Alternatif 2 untuk menulis prioritas dan tujuan apa saja yang ada dalam hidup mereka. Ia berharap, dengan menuliskan tujuan dan prioritas yang kita miliki, mampu mewujudkan tujuan tersebut dengan terstruktur dan sistematis.
 
 
Penulis:
Feby Alfiana
 
Baca artikel dan liputan menarik lainnya seputar Perkumpulan Generasi Muda Griya Peradaban di sini.

Wednesday, June 16, 2021

Gandeng Laznas BSM Umat, Solopeduli Gulirkan Paket Peduli Guru Ngaji

 

jtgnews.com -  KLATEN, SOLOPEDULI - Sejumlah kurang lebih 150 Paket Bingkisan Guru Ngaji, yang bekerjasama SOLOPEDULI dengan Laznas BSM  Umat (Bangun Sejahtera Mitra Umat) , di salurkan di beberapa wilayah Soloraya dan Semarang.

Bingkisan Paket guru ngaji berupa sembako, alat sholat diberikan kepada para ustadz-ustadzah yang mengajarkan ilmu agama didesa sebagi bentuk penghargaan serta kecintaan kepada para guru ngaji yang diwujudkan dalam program Cinta Guru Ngaji.

Dedikasi tinggi yang diberikan para Guru Ngaji didesa untuk ikut mencerdaskan putra bangsa dan tak jarang pula mereka tidak mendapatkan gaji yang layak atas apa yang telah mereka lakukan. Laznas BSM Umat & SOLOPEDULI terdorong untuk memberikan penghargaan kepada mereka.

Yudha Koordinator Amal SOLOPEDULI menyampaikan Paket Cinta Guru Ngaji di distribusikan di beberapa wilayah Soloraya dan Semarang. Untuk saat ini baru di salurkan ke wilayah DS Krikilan, Kec. Masaran, Sragen dan Ds Kunden, Kec. Karanganom, Klaten pada Selasa, (15/06).

“Bingkisan Paket Peduli Guru Ngaji ini merupakan apresiasi kepada para guru ngaji yang tanpa di gaji masih ikhlas dan terus semangat menebarkan dakwah kepada anak-anak. Yang pertama kita salurkan dulu di daerah sragen, dan hari selanjutnya kita salurkan kembali di Kabupaten Klaten” Paparnya

Direktur SOLOPEDULI Sidik Anshori saat menyerahkan Bantuan Cinta Guru Ngaji menyampaikan sedikit bingkisan ini sebagai bentuk penghargaan kami kepada guru ngaji yang telah berjuang membantu mencerdaskan khususnya dalam hal ilmu agama. “Sebenarnya setiap kita orang tua adalah guru bagi anak anaknya maka kita semua punya kewajiban yang sama untuk mengajarkan ilmu kepada anak anak kita” Jelasnya

Ustadzah Daryanti salah satu guru ngaji di Ds Krikilan, Kec Masaran, Sragen merasa senang sekali mendapatkan bingkisan Cinta Guru Ngaji dan mengucapkan banyak terimakasih kepada Laznas BSM Umat dan SOLOPEDULI serta mendoakan agar semakin maju, amanah dan makin banyak menebar manfaat khususnya bagi guru ngaji.

Tuesday, June 1, 2021

SMP N 1 Trangkil Bagikan Kuota Internet Gratis untuk Siswa Jelang Penilaian Akhir Tahun (PAT)

 

 
 
Jtgnews.com - Selama dua hari Jumat hingga Sabtu 27 dan 28 Mei 2021, SMP Ketanen mengundang orang tua murid kelas VII dan VIII ke sekolah.
 
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pembagian Kartu Peserta dan Jadwal Penilaian Akhir tahun (PAT), sosialisasi tentang pelaksanaan PAT dengan sistem online dan penyampaian evaluasi siswa selama pembelajaran satu semester kepada orang tua.
 
Diharapkan dengan kegiatan ini, orang tua paham tentang perkembangan akademis, keaktifan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan kelebihan serta kekurangan yang perlu diperbaiki.
 
Dalam waktu bersamaan juga dibagikan Kuota Internet Gratis sesuai dengan provider yang digunakan siswa guna menunjang kegiatan PAT yang akan digelar mulai tanggal 2 hingga 8 juni 2021 esok.
 
"kalau diberikan kuota sesuai provider internet yang digunakan jadi maksimal manfaatnya serta membantu siswa yang mungkin ada kendala dalam membeli kuota internet" jelas pak Wahyu penanggung jawab program ini.
 
Guna mencegah penyebaran virus covid-19, sosialisasi, pembagian kartu ujian, jadwal PAT dan kuota internet gratis dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. 
 
Orang tua yang datang wajib mengenakan masker, menjaga jarak, kapasitas ruang kelas hanya 5 hingga 10 orang dalam setiap sesi sosialisasi, juga disediakan Handsanitizer di setiap meja pembagian kuota, bahkan pak Kunarso selaku kepala sekolah dengan pengeras suara selalu mengingatkan semua orang di lingkungan SMP N 1 Trangkil untuk menjaga Prokes setiap 30 menit sekali.
 
 

125 Paribasan lan Artine

 


jtgnews.com - Yen bahasa Indonesia nduwe Peribahasa dan Enggres nduwe Quote-quote bijak, bahasa jawa yo ora kalah lur. Awake dewe nduwe sing jenenge Paribasan, kanggo ngutarakake maksud nasehat bijak secara alus.

Tegese paribasan yaiku unen-unen ajeg panganggone tegese wantah ora ngemu surasa pepindhane

opo wae? iki contone.

1. Adigang Adidung Adiguno Adiwacara.
Menyombongkan apa pun yang dimilikinya

2. Adigang,adigung,adiguna.
Merasa paling kuat, merasa paling agung, merasa paling penting

3. Aja dumeh wong gedhe.
Jangan mentang-mentang jadi pembesar

4. Ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana.
Nilai diri terletak di mulut, nilai fisik terletak pada pakaian

5. Ala lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka karsaning Pangeran.
Buruk dan baik itu saling berkaitan, semua itu atas kehendak Tuhan.

6. Alon-alon waton kelakon.
Pelan-pelan saja asal berhasil

7. Ana catur mungkur.
Ada adu mulut/ pertentangan selalu dihindari

8. Anak polah bapa kepradah
Tingkah polah anak, orang tua ikut menanggung akibatnya

9. Asu gedhe menang kerahe.
Pangkat tinggi, pasti lebih menang dalam berperkara

10. Asu rebutan balung.
Berdebat hal yang sepele tak ada yang mau mengalah

11. Becik ketitik ala ketara.
Berbuat baik maupun buruk akhirnya akan terlihat juga

12. Beda-beda pandumaning dumadi.
Beraneka warna pemberian Tuhan itu kepada ciptaan-Nya

13. Bener kang asale saka Pangeran iku lamun ora darbe sipat angkara murka lan seneng gawe sangsaraning liyan.
Bener yang berasal dari Tuhan itu apabila tiada sifat yang angkara murka dan tidak menyengsarakan orang lain. Salah kalau mempunyai sifat angkara murka dan suka menyengsarakan orang lain.

14. Bener saka kang lagi kuwasa iku uga ana rong warna, yakuwi kang cocok karo benering Pangeran lan kang ora cocok karo benering Pangeran.
Benar dihadapan Tuhan yang sedang berkuasa juga ada dua macam, yaitu yang sesuai dengan kebenaran dari Tuhan dan yang tidak sesuai dengan kebenaran Tuhan.

15. Bibit, bebet, bobot.
Keturunan, harta, bobot/mutu

16. Cakra manggilingan.
Hidup itu bagaikan roda yang terus berputar.

17. Crah agawe bubrah
Bercerai kita runtuh

18. Dhemit ora ndulit, setan ora doyan
Lepas dari mara bahaya

19. Dhuwur wekasane, endhek wiwitane
Akhirnya mulia, yang semula sederhana

20. Diobong gak kobong, disiram gak teles
Sakti, ditekan, dihina, disia siakan tetapi tetap sukses

Diwehi ati ngrogoh rempela
Diberi kebaikan, menunt pemberian lebih

Dumadining sira iku lantaran anane bapa biyung ira.
Terjadilah dirimu itu adalah melalui adanya ibu-bapakmu.

Gupak Pulut ora mangan nangkane
Capek pekerjaan nggak dapet hasilnya

Guru Sejati bisa nuduhake endi lelembut sing mitulungi lan endi sing nyilakani.
Adalah Guru Sejati yang dapat menunjukkan mana mahluk halus yang menolong dan mana yang mencelakakan.

Gusti Allah ora sare.
Tuhan tak pernah tidur

Gusti iku dumunung ana atining manungsa kang becik, mula iku diarani Gusti iku bagusing ati.
Tuhan itu berada dalam hati manusia yang suci, karenya Tuhan disebut pula sebagai wajah hati yang suci.

Gusti iku sambaten naliko sira lagi nandhang kasangsaran. Pujinen yen sira lagi nampa kanugrahaning Gusti.
Mohonlah kepada Tuhan jikalau engkau sedang menderita sengsara. Dan memuji syukurlah kepada Tuhan jikalau engkau diberi anugerah-Nya.

Ing donya iki ana rong warna sing diarani bener, yakuwi bener mungguhing Pangeran lan bener saka kang lagi kuwasa.
Di dunia ini ada dua macam kebenaran, yaitu benar di hadapan Tuhan dan benar di hadapan yang sedang berkuasa.

Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani.
Didepan menjadi contoh, ditengah membimbing, dibelakang mendukung

Iro yudho wicaksono
Satria yang berani berperang membela kebenaran dengan didasari kebijaksanaan

Jaman iku owah gingsir.
Jaman itu serba berubah.

Kadangira pribadi ora beda karo jeneng sira pribadi, gelem nyambut gawe.
“Kadang” pribadimu itu tidaklah berbeda dengan dirimu sendiri, suka bekerja.

Kahanan donya ora langgeng, mula aja ngegungke kesugihan lan drajat ira, awit samangsa ana wolak-waliking jaman ora ngisin-isini.
Keadaan dunia ini tidak abadi, oleh karena itu jangan mengagung-agungkan kekayaan dan derajatmu, sebab bila sewaktu-waktu terjadi perubahan keadaan, tidak akan menderita aib.

Kahanan kang ana iki ora suwe mesthi ngalami owah gingsir, mula aja lali marang sapadha-padhaning tumitah.
Keadaan yang ada ini tidak lama pasti mengalami perubahan, oleh karena itu jangan lupa dan meluapkan sesama hidup.

Kakehan gludhug, kurang udan
Banyak bicara tanpa kenyataan.

Kaya banyu karo lenga
Tidak pernah rukun

Kebo kabotan sungu.
Orang yang kelebihan beban

Kebo nusu gudel.
Orang tua yang nurut anaknya

Kegedhen empyak kurang cagak
Banyak pengeluaran kurang penghasilan

Ketemu Gusti iku lamun sira tansah eling.
Pertemuan dengan Tuhan terjadi bila dirimu ingat kepada Tuhan.

Krido lumahing asto.
Pengemis

Kutuk marani sunduk.
Mendekati mara bahaya

Lamun sira durung wikan alamira pribadi, mara takona marang wong kang wus wikan.
Jikalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, tanyakanlah kepada yang telah mengetahuinya.

Lamun sira durung wikan kadangira pribadi, coba dulune sira pribadi.
Jikalau engkau belum menemukan “kadang” (saudara) pribadimu, cobalah melihat dirimu sendiri.

Lamun sira durung mikani alamira pribadi adoh ketemune.
Jikalau engkau ingin mengetahui alam pribadi, engkau harus mengetahui alam pribadimu. Kalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, masih jauhlah alam abadi itu dari dirimu.

Lamun sira pribadi wus bisa caturan karo lelembut, mesthi sira ora bakal ngala-alamarang wong kang wus bisa caturan karo lelembut.
Jikalau engkau sudah dapat berwawancara dengan mahluk halus, pasti engkau tidak akan mencemoohkan orang yang dapat berwawancara dengan mahluk halus.

Lamun sira wus mikani alamira pribadi, alam jaman kalanggengan iku cedhak tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan.
Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, alam abadi itu pun menjadi dekat pada dirimu walaupun tanpa dengan menyentuhnya, jauh dari dirimu walaupun tiada yang membatasinya.

Lelembut iku ana rong warna, yakuwi kang nyilakani lan kang mitulungi.
Mahluk halus itu ada dua macam, yaitu yang mencelakakan dan yang menolong manusia.

Mangan ora mangan ngumpul.
Tetep bersatu walaupun dalam kemiskinan

Manunggaling kawula gusti.
Rakyat dan penguasa bersatu

Manungsa iku bisa kadunungan dating Pangeran, nanging aja darbe pangira yen manungsa mau bisa diarani Pangeran.
Manusia itu dapat mempunyai zat Tuhan, namun jangan beranggapan bahwa dengan demikian manusia itu dapat disebut Tuhan.

Manungsa iku kanggonan sipating Pangeran.
Manusia itu memiliki sifat Tuhan.

Manungsa iku saka dating Pangeran mula uga darbe sipating Pangeran.
Manusia itu berasal dari Tuhan oleh karena itu juga mempunyai sifat Tuhan.

Mikul dhuwur, mendhem jero
Menjunjung tinggi kebaikan orang tua dan merahasiakan semua keburukannya.

Mimi lan mintuno.
sepasang kekasih yang saling mencintai dalam cerita dunia barat seperti rommy & juli

Nabok nyilih tangan.
Memanfaatkan orang untuk melakukan sesuatu.

Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake.
Menyerang tanpa membawa pasukan, menang tanpa merendahkan lawan yang sudah dikalahkan.

Ngono ya ngono ning aja ngono.
Kita boleh saja berperilaku sekehendak kita, tetapi jangan sampai berlebihan.

Nguyahi banyu segara.
Melakukan hal yang sia-sia.

Ora ana kasekten sing madhani pepesthen, awit pepesthen iku wis ora ana sing bisa murungake.
Tiada kesaktian yang menyamai kepastian dari Tuhan, karena kepastian dari Tuhan itu tiada yang dapat menggagalkan.

Owah gingsiring kahanan iku saka karsaning Pangeran Kang Murbeng Jagad.
Perubahan keadaan itu atas kehendak Tuhan.

Pangeran bisa ngrusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan bisa gawe kahanan anyar kang dipeerlokake.
Tuhan itu dapat merusak keadaan yang sudah tidak diperlukan dan dapat mengadakan sesuatu yang baru yang diperlukan.

Pangeran iku adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan.
Tuhan itu jauh tanpa ada batasnya, dan dekat sekali tapi tidak dapat bersentuhan.

Pangeran iku ana ing ngendi papan, aneng sira uga ana Pangeran, nanging aja sira wani ngaku Pangeran.
Tuhan itu ada di mana-mana, juga ada pada dirimu, tapi jangan berani engkau mengaku dirimu Tuhan.

Pangeran iku bisa mawujud, nanging wewujudan iki dudu Pangeran.
Tuhan itu dapat berwujud, tapi pewujudan itu bukanlah Tuhan.

Pangeran iku bisa ngowahi kahanan iku wae tan kena kinaya ngapa.
Tuhan itu dapat mengubah apa saja, tidak mungkin diperkirakan manusia.

Pangeran iku dudu dewa utawa manungsa, nanging sakabehing kang ana iki ugo dewa lan manungsa asale saka Pangeran.
Tuhan itu bukan dewa atau manusia, namun segala yang ada ini termasuk dewa dan manusia itu bersal dari Tuhan.

Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, akarya alam saisine, kang katon lan kang ora kasat mata.
Tuhan itu berkuasa tanpa menggunakan alat apa pun, pencipta alam seisinya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak.

Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, mula saka kuwi aja darbe pengira yen manungsa iku bisa dadi wakiling Pangeran.
Tuhan itu berkuasa tanpa menggunakan alat pelengkap apa pun, oleh karena itu jangan beranggapan bahwa manusia itu dapat mewakili Tuhan.

Pangeran iku kuwasa, dene manungsa iku bisa.
Tuhan ituu berkuasa, manusia berkemungkinan saja.

Pangeran iku langgeng, tan kena kinaya ngapa, sangkan paraning dumadi.
Tuhan itu abadi, tidak dapat digambarkan perwujudannya, merupakan sebab yang pertama dan merupakan tujuan terakhir dari segala ciptaan yang ada.

Pangeran iku maha kuwasa, pepesthen saka karsaning Pangeran ora ana sing bisa murungake.
Tuhan itu mahakuasa, kepastian yang dari kehendak Tuhan, tidak ada yang dapat menggagalkannnya.

Pangeran iku maha welas lan maha asih, hayuning bawana marga saka kanugrahaning Pangeran.
Tuhan itu maharahim dan mahakasih, dan kebahagiaan semesta ini adalah anugerah dari Tuhan.

Pangeran iku menangake manungsa senajan kaya ngapa.
Tuhan itu memenangkan manusia bagaimanapun juga.

Pangeran iku ora ana sing padha, mula aja nggambar-nggambarake wujuding Pangeran.
Tuhan itu tidak ada yang menyamai, oleh karena itu jangan menggambar-gambarkan perwujudan Tuhan.

Pangeran iku ora mbedak-mbedakake kawulane.
Tuhan itu tidak membeda-bedakan mahluk-Nya.

Pangeran iku ora sare.
Tuhan itu tidak tidur (Tuhan mengetahui segalanya)

Pangeran iku siji, ana ing ngendi papan, langgeng, sing nganakake jagad iki saisine, dadi sesembahane wong saalam kabeh, nganggo carane dhewe-dhewe.
Tuhan itu satu, ada di mana-mana, abadi, pencipta alam seisinya, dan menjadi sesembahan manusia sejagad raya, dengan memakai tata cara masing-masing.

Pangeran maringi kawruh marang manungsa bab anane titah alus mau.
Tuhan itu memberi pengetahuan kepada manusia tentang adanya mahluk halus itu.

Pangeran nitahake sira iku lantaran biyung ira, mula kudu ngurmat biyung ira.
Tuhan menciptakan engkau itu melalui ibumu, oleh karena itu hormatilah ibumu.

Pasrah marang Pangeran iku ora ategas ora galem nyambut gawe, nanging percaya yren Pangeran iku Maha Kuwasa. Dena kasil orane apa kang kita tuju kuwi saka karsaning Pangeran.
Menyerahkan diri kepada Tuhan itu tidak berati tidak mau bekerja, melainkan percaya bahwa Tuhan itu Mahakuasa. Sedang berhasil rtidaknya apa yang kita lakukan adalah kehendak Tuhan.

Purwa madya wasana.
Alam purwa (permulaan), alam madya (tengah), alam wasana (akhir).

Rukun agawe santosa.
Bersatu kita teguh

Sanubarang kang katon iki kalebu titah kang kasat mata, dene liyane kelebu titah alus.
Segala yang dapat dilihat merupakan ciptaan Tuhan yang tampak, sedang yang lain merupakan mahluk halus.

Sapa sira sapa ingsun.
Janganlah menggurui atau memerintah seseorang tanpa mengetahui tempatnya sendiri.

Sekabehing ngelmu iku asak saka Pangeran kang Mahakuwasa.
Segala pengetahuan itu berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa.

Sing bisa dadi utusaning Pangeran iku ora mung janma manungsa wae.
Yang dapat menjadii utusan Tuhan itu bukan hanya manusia.

Sing sapa durung ngerti lamun piyandel iku kanggo pathokaning urip, iku sejatine durung ngerti lamun ana ing donya iki ana sing ngatur.
Barang siapa belum mengetahui bahwa kepercayaan terhadap Tuhan adalah acuan hidup, maka sebenarnya belumlah ia mengetahui bahwa hidup di dunia ini ada yang mengatur.

Sing sapa gelem nglakoni kebecikan lan ugo gelem lelaku, ing tembe bakal tampa kanugrahaning Pangeran.
Barang siapa suka berbuat kabajikan san ikhlas melakukan tanpa brata (terikat), akan menerima anugerah dari Tuhan.

Sing sapa mikani anane Pangeran, kalebu urip kang sempurna.
Barang siapa mengerti adanya Tuhan, tergolong sempurna hidupnya.

Sing sapa nyembah lelembut iku keliru, jalaran lelembut iku sejatine rowangira, lan ora perlu disembah kaya dene manebah marang Pangeran.
Barang siapa yang menyembah mahluk halus itu keliru, sebab mahluk halus itu sebenarnya adalah temanmu, dan tidak perlu disembah seperti Tuhan.

Sing sapa nyumurupi dating Pangeran iku ateges nyumurupi awake dhewe. Dene kang diurung mikani aawake dhewe durung mikani dating Pangeran.
Barang siapa mengetahui zat Tuhan berarti mengenal dirinya sendiri. Dan yang belum mengenal dirinya sendiri ia belum mengerti zat Tuhan.

Sing sapa wani ngowahi kahanan kang lagi ana, iku dudu sadhengah wong, nanging minangku utusaning Pangeran.
Bukan setiap orang mampu mengubah keadaan yang ada, kecuali manusia yang menjadi utusan Tuhan.

Titah alus iku ana patang warna, yakuwi kang bisa mrentah manungsa nanging ya bisa mitulungi manungsa, kapinhdo kang bisa mrentah manungsa nanging ora bisa mitulungi manungsa, katelu kang ora bisa mrentah manungsa nanging bisa mitulungi manungsa, kapat kang ora bisa mrentah manungsa nanging ya ora bisa mitulungi manungsa.

Mahluk halus itu ada 4 macam, pertama yang dapat memerintah manusia tetapi dapat pula memberi pertolongan kepada manusia, kedua yang dapat memerintah manusia tetapi tidak dapat memberikan perrtolongan pada manusia, ketiga yang tidak dapat memerintah manusia tetapi dapat membantu manusia, keempat yang tidak dapat memerintah manusia tetapi juga tidak dapat membantu manusia.

Titah alus iku ora bisa dadi manungsa lamun manungsa dhewe ora darbe penyuwun marang Pangeran supaya titah alus mau ngejawantah.
Mahluk halus itu tidak dapat menjadi manusia apabila manusia itu sendiri tidak memohon pada Tuhan (tidak menghendaki) agarr mahluk halus itu berwujud.

Titah alus lan titah kasat mata iku kabeh saka Pangeran, mula aja nyembah titah alus nanging aja ngina titah alus.
Baik mahluk halus maupun mahluk yang tampak semuanya ciptaan Tuhan adanya, oleh karena itu jangan menyembah mahluk halus tetapi jangan pula menghinanya.

Urip iku saka Pangeran, bali marang Pangeran.
Hidup itu berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan.

Wani ngalah, luhur wekasane.
Terkadang mengalah itu lebih baik, untuk kepentingan bersama

Wani silit, wedi rai.
Ia hanya berani jika orang yang di anggap musuh sedang tidak ada

Watu kayu iku darbe dating Pangeran, nanging dudu Pangeran.
Batu dan kayu itu mempunyai zat Tuhan tetapi bukan Tuhan.

Weruh marang Pangeran iku ategas wis weruh marang awake dhewe, lamun durung weruh awake dhewe, tangeh lamun weruh marang Panngeran.
Mengetahui Tuhan itu berarti sudah mengetahui dirinya sendiri, jikalau belum mengetahui dirinya sendiri mustahil dapat mengetahui Tuhan.

Witing tresna jalaran saka kulina.
Dapat jatuh cinta, dikarenakan terbiasa besama

Yen cocok karo benering Pangeran iku ategas bathara ngejawantah, nanging yan ora cocok karo benering Pangeran iku ategas titisaning brahala.
Kalau sesuai dengan kebenaran dari Tuhan, itu berarti bathara mengejawantah )dewa yang menjelma), tapi kalau tidak cocok dengan kebenaran dari Tuhan, itu berarti penjelmaan berhala.

Yen sira wus mikani alamira pribadi, mana sira mulanga marang wong kang durung wikan.
Kalau engkau sudah mengetaui alam pribadimu, hendaklah kamu mengajarkannya kepada yang belum mengetahui.

Yen wedi aja wani-wani, yen wani aja wedi-wedi
Jadi orang harus tegas, jangan ragu-ragu



Kumpulan 11 Tembang Macapat Lengkap beserta Penjelasan dan Contohnya


 
jtgnews.com - Tembang macapat merupakan salah satu tembang atau lagu daerah yang paling populer di Jawa. Tembang macapat merupakan tembang atau puisi tradisional Jawa yang menceritakan tahap-tahap kehidupan manusia. Filosofinya menggambarkan tentang seorang manusia dari lahir, mulai belajar di masa kanak-kanak, saat dewasa, hingga akhirnya meninggal dunia.

Tembang atau tembung macapat sendiri mempunyai sebutan tembang cilik (kecil). Tembang macapat yang berarti lagu ini mempunyai karakteristik yang berbeda dari setiap jenisnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya dari Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Bilangan (wilangan).

Mocopatan adalah seni melagukan atau menembangkan syair mocopat yang dilakukan oleh sejumlah orang secara bergiliran. Mocopat merupakan tembang yang dominan dipergunakan dalam segala jenis kesenian Jawa, seperti karawitan, wayang kulit, wayang orang, kethoprak, ludruk, jathilan, langen mandrawanara dan lain-lain. 

Sejak jaman Pajang hingga Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, sastra mocopat merupakan sastra Jawa yang paling dominan. Hal itu dibuktikan dengan selalu munculnya mocopat dalam setiap seni pertunjukan yang ada.

Pada umumnya mocopat diartikan sebagai moco papat-papat (membaca empat-empat), yaitu cara membaca yang terhubung dengan tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti dari mocopatan. 

Definisi lain dari seorang pakar Sastra Jawa, Arps menguraikan beberapa arti lain di dalam bukunya Tembang in two tradition. Selain yang telah disebut di atas ini, arti lainnya ialah bahwa -pat merujuk kepada jumlah tanda diakritis (sandhangan) dalam aksara Jawa yang relevan dalam penembangan mocopat.

Sejarah Tembang Macapat
Macapat diperkirakan muncul pada akhir masa Majapahit dan dimulainya pengaruh dari Walisanga. Bisa dikatakan ini untuk situasi di Jawa tengah, sebab di Jawa timur dan Bali macapat sudah dikenal sebelumnya, bahkan sebelum datangnya islam.

Sebagai contohnya yaitu sebuah teks dari Bali atau Jawa timur yang dikenal dengan judul Kidung Ranggalawe disebutkan telah selesai ditulis pada tahun 1334 Masehi. Di sisi lain tarikh ini disangsikan karena karya tersebut hanya dikenal versinya yang lebih mutakhir dan sari semua naskahnya yang memuat teks yang berasal dari Bali.

Mengenai usia macapat, terdapat dua pendapat yang berbeda terutama yang ada hubungannya dengan Kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuna, mana yang lebih tua.  Prijohoetomo berpendapat bahwa macapat adalah turunan Kakawin dengan tembang Gedhe (besar) sebagai perantara.

Pendapat tersebut disangkal oleh Poerbatjaraka dan Zoetmulder. Menurut keduanya macapat ini sebagai metrum puisi asli Jawa yang lebih tua usianya daripada Kakawin. Karena itu macapat baru muncul setelah pengaruh India semakin memudar.

Pengertian Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Bilangan.
•    Guru Gatra merupakan banyaknya jumlah larik (baris) dalam satu bait.

•    Guru Lagu merupakan persamaan bunyi sajak di akhir kata dalam setiap larik (baris).

•    Guru Wilangan merupakan banyaknya jumlah wanda (suku kata) dalam setiap larik (baris).

Dengan adanya aturan berupa Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Bilangan maka tembang macapat dibedakan menjadi 11 jenis tembang.

Jenis Tembang Macapat beserta penjelasannya serta dilengkapi dengan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Bilangan

1. Tembang Pocung (Pucung)
Kata pocung (pucung) berasal dari kata ‘pocong’ yang menggambarkan ketika seseorang sudah meninggal yang dikafani atau dipocong sebelum dikuburkan. Filosofi dari tembang pocung menunjukkan tentang sebuah ritual saat melepaskan kepergian seseorang.

Dari segi pandang lain ada yang menafsirkan pucung merupakan biji kepayang (pengium edule). Di dalam  Serat Purwaukara, pucung memiliki arti kudhuping gegodhongan (kuncup dedaunan) yang biasanya tampak segar.

Ucapan cung dalam kata pucung cenderung mengarah pada hal-hal yang lucu sifatnya, yang dapat menimbulkan kesegaran, misalnya kucung dan kacung. Biasanya tembang pucung digunakan untuk menceritakan lelucon dan berbagai nasehat. Pucung menceritakan tentang kebebasan dan tindakan sesuka hati, sehingga pucung berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.

Contoh Tembang Pocung (12u – 6a – 8i – 12a)

Ngelmu iku kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pengekesing dur angkara

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang pucung.

1. Guru gatra = 4
Artinya tembang Pocung ini memiliki 4 larik kalimat.

2. Guru wilangan = 12, 6, 8, 12
Maksudnya setiap kalimat harus mempunyai suku kata seperti di atas. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 12 suku kata.

3. Guru lagu = u, a, i, a
Maksudnya adalah akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, a, i, a.
Berikut ini adalah contoh tembang pucung.

Ngelmu iku kelakone kanthi laku -> u
Lekase lawan kas -> a
Tegese kas nyantosani -> i
Setya budya pengekesing dur angkara -> a

2. Tembang Maskumambang
Tembang Maskumambang menceritakan sebuah filosofi hidup manusia dari mulainya manusia diciptakan. Sosok manusia yang masih berupa embrio di dalam kandungan, yang masih belum diketahui jati dirinya, serta belum diketahui apakah dia laki-laki atau perempuan.

Dari segi pandangan lain Maskumambang berasal dari kata ‘mas’ dan ‘kumambang’. Asal kata ‘mas’ berasal dari kata Premas yang berarti Punggawa dalam upacara Shaministis.

Kata ‘kumambang’ berasal dari kata kambang dengan sisipan -um. Kambang sendiri asalnya dari kata ambang yang berarti terapung. Kambang juga berarti Kamwang yang berarti kembang.

Ambang berkaitannya dengan Ambangse yang berarti menembang. Dengan demikian Maskumambang dapat diartikan punggawa yang melakukan upacara Shamanistis, mengucap mantra atau lafal dengan menembang disertai sajian bunga.

Di dalam Serat Purwaukara, Maskumambang berarti Ulam Toya yang berati ikan air tawar, sehingga terkadang diisyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang.

Watak Maskumambang yaitu meiliki gambaran perasaan sedih atau kedukaan, dan juga suasana hati yang sedang dalam keadaan nelangsa.

Contoh Tembang Maskumambang ( 12i – 6a – 8i – 8o )

Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi
Ha nemu duraka
Ing donya tumekeng akhir
Tan wurung kasurang-surang

Tembang Maskumambang di atas menceritakan tentang hidup seseorang yang tidak mematuhi nasehat orang tua, maka dia akan hidup sengsara dan menderita di dunia dan akhirat.

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang maskumambang.

1. Guru gatra = 4
Artinya tembang maskumambang ini memiliki 4 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 12, 6, 8, 8
Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata.

3. Guru lagu = i, a, i, o
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, i, o.

3. Tembang Megatruh
Kata Megatruh berasal dari kata ‘megat’ dan ‘roh’, artinya putusnya roh atau telah terlepasnya roh dari tubuh. Filosofi yang terkandung di Megatruh adalah tentang perjalanan kehidupan manusia yang telah selesai di dunia.

Dari segi pandang lain Megatruh berasal dari awalan -am, pegat dan ruh. Dalam serat Purwaukara, Megatruh memiliki arti mbucal kan sarwa ala (membuang apa-apa yang sifatnya jelek).

Kata pegat ada hubungannya dengan peget yang berarti istana, tempat tinggal. Pameget atau pemegat berarti jabatan. Samgat atau samget berarti jabatan ahli atau guru agama. Dapat disimpulkan Megatruh mempunyai arti petugas yang ahli dalam kerohanian yang selalu menghindari perbuatan jahat.

Watak tembang Megatruh yaitu tentang kesedihan dan kedukaan. Biasanya menceritakan mengenai kehilangan harapan dan rasa putus asa.

Contoh Tembang Megatruh (12u – 8i – 8u – 8i – 8o)

Kabeh iku mung manungsa kang pinujul
Marga duwe lahir batin
Jroning urip iku mau
Isi ati klawan budi
Iku pirantine ewong


Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Megatruh .

1. Guru gatra = 5
Tembang Megatruh ini memiliki 5 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 12, 8, 8, 8, 8
Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlah 8 suku kata.

3. Guru lagu = u, i, u, i, o
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, i, u, i, o.

4. Tembang Gambuh
Kata Gambuh memiliki arti menyambungkan. Filosofi tembang Gambuh ini menceritakan mengenai perjalanan hidup dari seseorang yang telah bertemu  dengan pasangan hidupnya yang cocok. Keduanya dipertemukan untuk menjalin ikatan yang lebih sakral yaitu dengan pernikahan. Sehingga keduanya akan memiliki kehidupan yang langgeng.

Dari segi pandang lain Gambuh berarti roggeng tahu, terbiasa, dan nama tumbuhan. Berkaitan dengan hal ini, tembang Gambuh memiliki watak atau biasa digunakan dalam suasana yang sudah pasti atau tidak ragu-ragu, maknanya kesiapan pergerakan maju menuju medan yang sebenarnya.

Watak Gambuh juga menggambarkan tentang keramahtamahan dan tentang persahabatan. Tembang Gambuh biasanya juga digunakan untuk menyampaikan cerita-cerita kehidupan.

Contoh Tembang Gambuh (7u – 10u – 12i – 8u – 8o)

Lan sembah sungkem ipun
Mring Hyang Sukma elinga sireku
Apan titah sadaya amung sadermi
Tan welangsira andhaku
Kabeh kagungan Hyang Manon

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Gambuh .

1. Guru gatra = 5
Tembang Gambuh memiliki 5 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 7, 10, 12, 8, 8
Kalimat pertama berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata.

3. Guru lagu = u, u, i, u, o
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, u, i, u, o.

5. Tembang Mijil
Tembang Mijil memiliki filosofi yang melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang lahir di dunia. Mijil menjadi lambang dari awal mula dari perjalanan seorang anak manusia di dunia fana ini, dia begitu suci dan lemah  sehingga masih membutuhkan perlindungan.

Dari segi pandang lain Mijil berarti keluar. Selain itu berhubungan juga dengan wijil yang mempunyai arti sama dengan lawang atau pintu. Lawang juga berarti nama sejenis tumbuh-tumbuhan yang wangi bunganya.

Watak tembang Mijil yaitu menggambarkan keterbukaan yang pas untuk mengeluarkan nasehat, cerita-cerita dan juga asmara.

Contoh Tembang Mijil (10i – 6o – 10e – 10i – 6i – 6o)

Dedalanne guna lawan sekti
Kudu andhap asor
Wani ngalah dhuwur wekasane
Tumungkula yen dipundukanni
Ruruh sarwa wasis
Samubarangipun

Tembang Mijil di atas menceritakan  mengenai bagaimana menjadi sosok orang yang baik, rendah hati, dan juga ramah.


Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Mijil .

1. Guru gatra = 6
Tembang Mijil memiliki 6 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 10, 6, 10, 10, 6, 6
Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 6 suku kata. Kalimat ke enam 6 suku kata.

3. Guru lagu = i, o, e, i, i, o
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, o, e, i, i, o.

6. Tembang Kinanthi
Kinanthi berasal dari kata ‘kanthi’ yang berarti menggandeng atau menuntun. Tembang Kinanthi memiliki filosofi hidup yang mengisahkan kehidupan seorang anak yang masih membutuhkan tuntunan agar bisa berjalan dengan baik di dunia ini.

Seorang anak tidak hanya membutuhkan tuntutan untuk belajar berjalan, tetapi tuntunan secara penuh. Tuntunan itu meliputi tuntunan dalam berbagai norma dan adat yang berlaku agar dapat dipatuhi dan dijalankan pada kehidupan dengan baik.

Watak tembang Kinathi yaitu menggambarkan perasaan senang, teladan yang baik, nasehat serta kasih sayang. Tembang Kinanthi digunakan untuk menyampaikan suatu cerita atau kisah yang berisi nasehat yang baik serta tentang kasih sayang.

Contoh Tembang Kinanthi (8u – 8i – 8a – 8i – 8a – 8i)

Kukusing dupa kumelun
Ngeningken tyas kang apekik
Kawengku sagung jajahan
Nanging saget angikipi
Sang resi kaneka putra
Kang anjog saking wiyati

 

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Kinanthi .

1. Guru gatra = 6
Tembang Kinanthi memiliki 6 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 8, 8,
Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam 8 suku kata.

3. Guru lagu = u, i, a, i, a, i
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, i, a, i, a, i

7. Tembang Asmarandana
Tembang Asmarandana berasal dari kata ‘asmara’ yang berarti cinta kasih. Filosofi tembang Asmarandana adalah mengenai perjalanan hidup manusia yang sudah waktunya untuk memadu cinta kasih dengan pasangan hidup.

Dari segi pandang lain Asmaradana berasal dari kata asmara dan dhana. Asmara merupakan nama dewa percintaan. Dhana berasal dari kata dahana yang berarti api.

Asmaradana berkaitan dengan kajidian hangusnya dewa Asmara yang disebabkan oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti yang dituliskan dalam Kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja. Dalam Serat Purwaukara Smaradhana diberi arti remen ing paweweh, berarti suka memberi.

Watak Asmarandana yaitu menggambarkan cinta kasih, asmara dan juga rasa pilu atau rasa sedih.

Contoh Tembang Asmarandana (8i – 8a – 8e – 7a – 8a – 8u – 8a)

Lumrah tumrap wong ngaurip
Dumunung sadhengah papan
Tan ngrasa cukup butuhe
Ngenteni rejeki tiba
Lamun tanpa makarya
Sengara bisa kepthuk
Kang mangkono bundhelana

 

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Asmarandana .

1. Guru gatra = 7
Tembang Asmarandana memiliki 7 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 8, 8, 8, 7, 8, 8, 8
Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata, Kalimat ke tujuh berjumlah 8 suku kata.

3. Guru lagu = i, a, e, a, a, u, a
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, e, a, a, u, a.

8. Tembang Durma
Durma memiliki arti pemberian. Tembang Durma mengandung filosofi tentang kehidupan yang suatu saat dapat mengalami duka, selisih dan juga kekurangan akan sesuatu.

Tembang Durma mengajarkan agar dalam hidup ini manusia dapat saling memberi dan melengkapi satu sama lain sehingga kehidupan bisa seimbang. Saling tolong menolong kepada siapa saja dengan hati yang ikhlas adalah nilai kehidupan yang harus selalu dijaga.

Dari segi lain Durma berasal dari kata Jawa klasik yang memiliki arti harimau. Dengan begitu Durma memiliki watak atau biasa digunakan dalam suasana seram. Dapat dikatakan tembang Durma seperti lagu yang digunakan di saat akan maju perang.

Dapat disimpulkan tembang Durma juga memilki watak yang tegas, keras dan penuh dengan amarah yang bergejolak.

Contoh Tembang Durma (12a – 7i – 6a – 7a – 8i – 5a – 7i)

Ayo kanca gugur gunung bebarengan
Aja ana kang mangkir
Amrih kasembadan
Tujuan pembangunan
Pager apik dalan resik
Latar gumelar
Wisma asri kaeksi

 

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Durma .

1. Guru gatra = 7
Tembang Durma memiliki 7 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7
Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata.

3. Guru lagu = a, i, a, a, i, a, i
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, a, a, i, a, i.

9. Tembang Pangkur
Pangkur berasal dari kata ‘mungkur’ yang memiliki arti pergi atau meninggalkan. Tembang Pangkur memiliki filosofi yang menggambarkan kehidupan yang seharusnya dapat menjauhi berbagai hawa nafsu dan angkara murka.

Di saat mendapati sesuatu yang buruk hendaknya pergi menjauhi dan meninggalkan yang buruk tersebut. Tembang Pangkur menceritakan tentang seseorang yang sudah siap untuk meninggalkan segala sesuatu yang bersifat keduniawian dan mencoba mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dari segi pandang lain, Pangkur berasal dari kata punggawa dalam kalangan kependetaan seperti tercantum di dalam piagam-piagam bahasa Jawa kuno.

Dalam Serat Purwaukara, Pangkur memiliki arti buntut atau ekor. Karena itu Pangkur terkadang diberi sasmita atau isyarat tut pungkur yang berarti mengekor, tut wuri dan tut wuntat yang berarti mengikuti.

Watak tembang Pangkur menggambarkan karakter yang gagah, kuat, perkasa dan hati yang besar. Tembang Pangkur cocok digunakan untuk mengisahkan kisah kepahlawanan, perjuangan serta peperangan.

Contoh Tembang Pangkur (8a – 11i – 8u – 7a – 8i – 5a – 7i)

Muwah ing sabarang karya
Ingprakara gedhe kalawan cilik
Papat iku datan kantun
Kanggo sadina-dina
Lan ing wengi nagara miwah ing dhusun
Kabeh kang padha ambegan
Papat iku nora lali

 

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Pangkur .

1. Guru gatra = 7
Tembang Pangkur memiliki 7 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 8, 11, 8, 7, 8, 5, 7
Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 11 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata.

3. Guru lagu = a, i, u, a, i, a, i
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, u, a, i, a, i.

10. Tembang Sinom
Kata Sinom memiliki arti pucuk yang baru tumbuh dan bersemi. Filosofi tembang Sinom menggambarkan seorang manusia yang mulai beranjak dewasa dan telah menjadi pemuda atau remaja yang mulai tumbuh.

Di saat menjadi remaja, tugas mereka adalah menuntut ilmu sebaik mungkin dan setinggi-tingginya agar bisa menjadi bekal kehidupan yang lebih baik kelak.

Dari segi pandang lain Sinom ada hubungannya dengan kata sinoman, yang memiliki arti perkumpulan para pemuda untuk membantu orang yang sedang punya hajat.

Ada juga yang berpendapat lain yang menyatakan bahwa sinom berkaitan dengan upacara bagi anak-anak muda zaman dulu. Bahkan sinom juga dapat merujuk pada daun pepohonan yang masih muda (kuncup), sehingga terkadang diberi isyarat dengan menggunakan lukisan daun muda. Di dalam Serat Purwaukara, Sinom berarti seskaring rambut yang memiliki arti anak rambut.

Contoh Tembang Sinom (8a – 8i – 8a – 8i – 7i – 8u – 7a – 8i – 12a)

Punika serat kawula
Katura sira wong kuning
Sapisan salam pandonga
Kapindo takon pawarti
Jare sirarsa laki
Ingsun mung sewu jumurung
Amung ta wekasi wang
Gelang alit mungging driji
Lamun sida aja lali kalih kula

 

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Sinom .

1. Guru gatra = 9
Tembang Sinom memiliki 9 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12
Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 7 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata.

3. Guru lagu = a, i, a, i, i, u, a, i, a
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, a, i, i, u, a, i, a.

11. Tembang Dhandhanggula
Kata Dhandhanggula berasal dari kata ‘dandang’ dan ‘gula’ yang berarti sesuatu yang manis. Filosofi tembang Dhandhanggula menggambarkan tentang kehidupan pasangan baru yang sedang berbahagia karena telah berhasil mendapatkan apa yang dicita-citakan.

Kehidupan manis merupakan suatu yang dirasakan bersama keluraga yang terasa begitu membahagiakan.
Dari segi pandang lain Dhandhanggula diambil dari nama raja Kediri yaitu Prabu Dhandhanggendis yang terkenal setelah Prabu Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula berarti ngajeng-ajeng kasaean yang memiliki arti menanti-nantikan kebaikan.

Watak tembang Dhandhanggula yaitu menggambarkan  sifat yang lebih universal atau luwes dan merasuk ke dalam hati. Tembang Dhandhanggula dapat digunakan untuk menuturkan kisah dalam berbagai hal dan kondisi apa pun.

Contoh tembang dhandanggula (10i – 10a – 8e – 7u – 9i – 7a – 6u – 8a – 12i – 7a)

Sinengkuyung sagunging prawali
Janma tuhu sekti mandra guna
Wali sanga nggih arane
Dhihin Syeh Magrib tuhu
Sunan ngampel kang kaping kalih
Tri sunan bonang ika
Sunan giri catur
Syarifudin sunan drajat
Anglenggahi urutan gangsal sayekti
Iku ta warnanira


Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Dhandhanggula .

1. Guru gatra = 10
Tembang Dhandhanggula memiliki 10 larik atau baris kalimat.

2. Guru wilangan = 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7
Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 9 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke sepuluh berjumlah 7 suku kata.

3. Guru lagu = i, a, e, u, i, a, u, a, i, a
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, e, u, i, a, u, a, i, a.


Tembang macapat sampai sekarang masih cukup populer. Di sekolah juga masih diajarkan bahkan ada juga yang sampai diperlombakan. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat baik untuk menjaga dan melestarikan tembang macapat.



Rektor Undip Umumkan Belum Berlakukan Kuliah Tatap Muka di Semester Gasal TA 2021/2022

 


 
 
jtgnews.com - SEMARANG – Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum, mengatakan Undip belum akan melakukan perkuliahan tatap muka atau luring pada semester gasal Tahun Akademik (TA) 2021/2022. Hal itu mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang masih perlu diwaspadai.

Penegasan itu disampaikan Rektor Undip saat memberikan sambutan pada pengukuhan 3 guru besar di Gedung Prof Soedarto SH, Tembalang Kota Semarang, Senin (31/5/2021). ‘’Untuk semester depan Undip belum akan melaksanakan kuliah luring, masih daring,’’ kata Prof Yos Johan.

Banyak hal yang menjadi pertimbangan sehingga Kampus Universitas Diponegoro masih harus menerapkan perkuliahan daring atau online. Diantaranya terkait jumlah mahasiswanya yang banyak, jumlah jam mengajar dosen yang menjadi berlipat-lipat jika dilakukan secara luring atau tatap muka, sampai pertimbangan mahasiswa yang harus berada di tempat kos jika kuliah luring dilaksanakan.

Dia mengemukakan bahwa jumlah mahasiswa Undip saat ini mencapai 55 ribu, jumlah yang digambarkannya sama dengan jumlah penduduk di suatu kabupaten yang ada di luar Pulau Jawa. “Kami bisa menjaga di sini. Di sini bisa diatur. Tapi bagaimana mahasiswa yang ada di kos-kosan, kami harus hati-hati,” ungkapnya.

Rektor menguraikan berbagai hal jika harus melakukan kuliah secara luring. Beban mengajar dosen akan naik tiga kali lipat, karena pada masa pandemi harus dilakukan pembatasan jumlah mahasiswa yang boleh berada di dalam kelas. Tiap kelas harus dibagi dalam tiga bagian, Artinya, pertemuan yang dilakukan sang dosen yang biasanya mengajar sepuluh kali, maka akan mengajar 30 kali.

Menimbang hal tersebut, Prof Yos Johan khawatir dosen akan mengalami kelelahan hebat kalau kuliah luring dipaksakan. ‘’Saya khawatir, bukan apa-apa kena Covid, tetapi karena kelelahan beliau para dosen juga bisa terjangkit atau terpapar Covid-19.”

Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah kondisi mahasiswa dari luar Semarang yang harus berada di tempat kos, yang bisa jadi satu kamar diisi tiga mahasiswa. Ruang yang terbatas untuk berkegiatan termasuk makan bersama serta aktivitas lainnya, bisa menjadi mereka rentan tertular Covid-19. Karena itu, Undip memastikan kuliah luring belum akan dilakukan pada semester gasal TA 2021/2022 yang biasanya dimulai pada bulan juli setiap tahunnya.

Agar proses pembelajaran daring bisa maksimal, berbagai sarana mulai dari website, email, forum komunitas dan sarana teknlogi informasi lainnya dimaksimalkan pemanfaatannya untuk mendukung pembelajaran yang disebut asinkron daring, yaitu metode yang memungkinkan peserta program melakukan pembelajaran selain di waktu yang sudah ditetapkan. Metode ini bertujuan menjaga kualitas pendidikan yang diselenggarakan.

Karena itu, pimpinan universitas melakukan ikhtiar agar bisa diperoleh keputusan terbaik dalam menghadapi masa pandemi sekarang ini. “Kami melakukan kajian matang terlebih dahulu dan ikhtiar. Untuk semester depan Undip masih belum melakukan perkuliahan secara luring,’’ tukasnya. (tim humas) 
 

sumber: undip.ac.id

Saturday, February 6, 2021

Diskusi Critical Thinking, Creative Thinking Bersama Agie Nugroho Sugieono dan Nadea Lathifah N

  



Jtg.co.id - Semarang - Kuliah Alternatif angkatan I yang menjadi kegiatan rutin di Griya Peradaban telah memasuki sesi ke empat pada Sabtu (06/02). Kali ini tema yang diusung adalah Critical Thinking dan Creative Thinking. 

Masing-masing tema dibawakan oleh pemateri milenial, yaitu Agie Nugroho Sugieono (Alumni Kader Bangsa Fellowship Program) yang membawakan Critical Thinking dan Nadea Lathifah N (Duta Internasional Griya Peradaban) dengan materi Creative Thinking-nya.

Agie dalam presentasinya mengutip Psikolog Amerika Serikat, Daniel Kahneman, yang menglasifikasikan dua cara berpikir. Pertama yaitu sistem I, di mana seseorang cenderung berpikir secara pragmatis, emosional, dan inklusif dalam menghadapi persoalan. Sedangkan sistem II, merupakan cara berpikir kritis, metodologis, dan mendalam.




Dalam penjelasan lebih lanjut, ia menerangkan bagaimana cara melatih Critical Thinking (berpikir kritis). Pertama, seseorang harus memiliki rasa penasaran dan skeptis terhadap sesuatu yang masih bias faktanya. Kedua, memformulasikan pertanyaan-pertanyaan. Ketiga, mengumpulkan informasi. Keempat, mempertimbangkan implikasi serta yang terakhir yaitu membandingkan perbedaan-perbedaan pikiran atau pandangan. 

Menurutnya, jika seseorang melatih diri dengan poin-poin tersebut maka hambatan berpikir kritis seperti infodemic, logical fallacy, shock effect dan sebagainya bisa teratasi secara mandiri.

Tak kalah menarik, pemateri kedua, Nadhea Lathifah, mengemukakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk berlatih Creative Thinking. "Kunci dari berpikir kritis dan kreatif adalah aware terhadap lingkungan." Ucap dosen muda ini.

Menurutnya, selain peduli terhadap lingkungan, untuk melatih berpikir kreatif seseorang harus open minded, selalu mau tahu dan mau belajar, merancang mind map-nya sendiri, serta membiasakan diri untuk bertanya tentang banyak hal.

"Berpikir kritis dan kreatif merupakan hal yang penting bagi generasi muda. Dengan mengetahui dan terbiasa melakukannya, seseorang lebih bisa menghadapi masalah dan mencari solusinya." Tegasnya.

Kuliah yang dipandu oleh Zakiyyah Iffa ini  berjalan dengan lancar dan disambut antusias oleh para peserta hingga selesai. Turut hadir pula Ma'as Shobirin (founder Griya Peradaban) mendampingi jalannya perkuliahan. (Khozin).

Drama

Film

K-pop